Rabu, 13 Desember 2017

Teori Akuntansi "Laba"

 Tim Penyusun :
Diah Putri Utami                     01114004
Martina Kurnia Ningsih          01114060
Elfira Nurul Badriyah             01114082
Ade Riani                                01114087
Daniar Firdauzy                      01114144



 TEORI AKUNTANSI
“LABA (INCOME)”

Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Akuntansi secara umum menganut konsep kos historis, asas akrual, dan konsep penandingan, laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya.

TUJUAN PELAPORAN LABA
Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antar lain sebagai :
a.    Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital).
b.    Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c.    Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d.   Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu Negara.
e.    Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tariff dalam perusahaan publik.
f.     Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g.    Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h.    Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i.      Dasar pembagian dividen.

KONSEP LABA KONVENSIONAL
Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantic berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada symbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat (useful) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi.

Pengukur Kinerja
kinerja perusahaan merupakan manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterpretasi sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Konfirmasi Harapan Investor
Asumsinya adalah para investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila diasumsi bahwa pasar cukup efisien, laba yang diprediksi investor harus mendekati atau sama dengan laba yang dilaporkan. Bila hal ini terjadi, laba merupakan sarana untuk mengkonfirmasi harapan investor dan investor diharapkan tidak bereaksi terhadap pengumuman laba.




Estimator Laba Ekonomik
Perekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik. Artinya perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksipula perubahan ekonomik perusahaan.
Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan.
Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata investor karena keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subjektif bergantung pada karakteristik investor.
Perbedaan Laba akuntansi dengan Laba ekonomik
No.
Laba Akuntansi
Laba Ekonomik
1.
Dihitung atas dasar depresiasi akuntansi (alokasi)
Dihitung atas dasar depresiasi ekonomik (penurunan nilai)
2.
Berkepentingan dengan laba uang
Berkepentingan dengan laba real
3.
Dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya.
Dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset sebagai simpanan atau sediaan nilai (store of value) setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi basis pengukurannya.

Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi (konsep atau makna) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi
Dari sudut pandang pemegang saham residual, Laba didefinisi sebagai perubahan/ kenaikan ekuitas atau aset bersih atau kemakmuran bersih pemilik (pemegang saham) dalam suatu perioda yang berasal dari transaksi operasi dan bukan transaksi modal (setoran dari dan distribusi ke pemilik).
Dari berbagai pengerian laba, dapat disimpulkan bahwa laba  secara konseptual mempunyai karaktristik umum sebagai berikut :
1.    Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas. Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga atau perusahaan.
2.    Perubahan terjai dalam suatu kurun waktu (periode) sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
3.    Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih, aset, modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumberdaya ekonomik,, uang, atau apapun yang bernilai uang atau yang dapt dinilai dengan uang. Kemakmuran tersebut secara umum disebut dengan kapital (capital). Kapital disini berbeda dengan modal karena modal memiliki pengertian khusus dalm akuntansi yaitu ekuitas pemegang saham.



Laba dan Kapital
Kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi laba adalah aliran potensial daya yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensial jasa mula-mula.

Konsep Pemertahanan Kapital
Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau investor) berhak mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital (investasi) dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Harapan umum dalam kegiatan bisnis adalah kapital atau investasi yang tertanam selalu berkembang. Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagai berikut :
a.    Membedakan antara kembalian atas investasi (retur on investment) dan pengembalian investasi (return of investment).
b.    Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan transaksi pendanaan dari pemilik (owner transactions).
c.    Menjamin agar laba yang dapat didistribusi tidak mengandung pengembalian investasi. Artinya, kalau laba suatu periode dikonsumsi/didistribusi seluruhnya, jumlah tersebut harus benar-benar merefleksi jumlah yang memenuhi definisi laba sehingga entitas mempunyai kemampuan ekonomik yang sama dengan kemampuan mula-mula.
d.   Memungkinkan penentuan jumlah penesuaian kapital untuk mempertahankan kemampuan ekonomik awal periode akibat perubahan harga dan daya beli sehingga laba ekonomik akan terukur pula.
e.    Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk tingkat kapital pada saat tertentu (awal dan akhir).
f.     Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansia akan mendekati angka laba ekonomik.
Atas dasar berbagai uraian diatas, laba kemudian dapat didefinisikan secara umum, formal, dan sematik sebagai berikut :
Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu  periode yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mual (awal periode).

Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik
Salah satu bentuk penjabaan makna secara sintaktik adalah mendefinisikan laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Terdapat dua kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu, pendekatan transaksi (transctions approach) dan pendekatan kegiatan (activities approach).
1.    pendekatan transaksi (transctions approach)
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi (terutama transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir perode.
2.    pendekatan kegiatan (activities approach)
Dengan pendekatan ini laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan sendirinya laba) dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas).

Pengukuran atau Penilaian Kapital
Pembahasan dalam seksi ini masih merupakan bagian dari pembahasan laba pada tataran sintaktik. Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik burubah dan harus dipertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang menentukan cara  menilai kapital adalah jenis kapital (fisis atau financial) dan dasar penilaian.
1.    Jenis kapital
Jenis kapital berkaitan dengan karaktristik dan wujud kapital dari kaca mata yang menguasai serta apa yang harus dipertahankan untuk menentukan laba. Dalam hal ini terdapat dua jenis kapital yaitu kapital finansial dan fisis.
a.       Kapital Finansial
Kapital finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikkan wujud klaim tersebut. pada umumnya, kapital finansial kapital dikuasai oleh pemegang saham atau pemegang obligasi.
Kapital finansial dari sudut pandang badan usaha adalah jumlah rupiah yang melekat pada aset total badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen aset. Laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbl bilamana jumlah rupiah aset pada akhir periode melebihi jumlah rupiah aset pada awal periode (tertentu saja setelah pengaruh transaksi ekuitas dan utang dikeluarkan). Dalam analisis statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkata kembalian atas aset total atau rate of return on asset (ROA) yang dirumuskan sebagai berikut :
ROA =
b.      Kapital Fisis
Kapital fisis merupakan sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
2.    Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat dilekatkan pada suatu objek sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar-kecilnya (magnitudanya) dari objek yang lain atas dasar unit pengukuran tersebut. Dalam teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu kategoris (nominal), ordinal, interval, dan rasio. Pengukuran dalam akuntansi bersifat rasio karena angka nol menunjukkan ketiadaan atau kekosongan nilai (devoid of value).
a.       Skala Nominal
Skala nominal atau lebih tepatnya skala rupiah nominal adalah suatu rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kodisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan atau dikurangkan.karena niali rupiah dianggap konstan  sepanjang masa, akuntansi atas dasar pengukuran ini sering disebut “constant dollar acconting”. Pengukuran dengan skala rupiah nominal lebih menitikberatkan pada jumlah unit rupiah dari pada jumlah nit daya beli.
             Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan. Bila dua jumlah rupiah pada waktu yang berbeda ditambahkan (misalnya Rp 10.000 ditahun 2000 ditambah Rp 10.000 ditahun 2004), hasil penjumlahan (20.000) sebenarnya tidak bermakna lagi karena dua skala yang berbeda telah ditambahkan. Penambahan semacam ini sering disebut adding oranges and apples. Lima jeruk ditambah lima apel tidak sama dengan sepuluh jeruk dan apel.
b.      Skala Daya Beli
Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skal daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala ini, rupiah nominal dinyatakan kembali atau dihomogenuskan dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Karena unit pengukuran dinyatakan dalam rupiah daya beli yang sama, penambahan hasil pengukuran akan memberi hasil yang bermakna.

Dasar atau Atribut Pengukuran
Dua dasar penilaian penting yang berpaut dengan penentuan laba yaitu kos historis (historical cost) dan kos sekarang (current cost) yang keduanya merupakan nilai masukan (input value).

Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Kos historis dipilih biasanya karena kos tersebut objektif dan dapat diuji kebenarannya (verifiable).

Kos Sekarang
Kos sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang (current input cost) menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara (ekuivalennya). Harga pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha (input market) sehingga harga pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai aset yang bersangkutan.

Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital
Adanya tiga faktor penentu nilai kapital (jenis, skala, dan dasar penilaian) yang saling berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian kapital. Tiap pendekatan sebenarnya merefleksi kombinasi antara ketiga faktor yang dipertimbangkan. Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan laba antara lain adalah:
1.      Kapitalisasi aliran kas harapan (capitalization of expected cash flows)
Kapital disini adalah kapital finansial berupa nilai investasi yang tertanam di perusahaan yang menjadi klaim pemegang saham.
2.      Penilaian pasar atas aset bersih perusahaan (market valuation of the firm)
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini merupakan alternatif kapitalisasi aliran kas. Kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan perusahaan dikurangi seluruh kewajiban. Penilaian ini dimasudkan untuk menghilangkan subjektivitas penyaji laporan.
3.      Setara kas sekarang (current cash equivalent)
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar pengukuran adalah gunggungan (sum) semua jumlah rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua utang. Jumlah rupiah setara tunai ini di dasarkan atas harga pasar penjualan pos aset secara individual yang dimiliki / dikuasai perusahaan.
4.      Harga masukan historis (historical input prices)
Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan. Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi oleh gagasan bahwa kapital dapat dikatakan telah dipertahankan apabila aset pada akhir periode (dinilai dengan harga masukan) sama dengan aset pada awal periode (juga dinilai dengan harga masukan).
5.      Harga masukan sekarang (current input prices)
Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa dalam pendekatan ini menilai komponen – komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu.
6.      Pemertahanan daya beli konstan (maintenance of constant purchasing power)
Pengukuran dengan unit daya beli konstan ini basisnya adalah kos historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan pada indeks dasar tertentu (dapat indeks awal tahun, rata – rata, atau akhir tahun). Laba yang diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir akan menggambarkan tambahan daya beli kapital yang dimiliki / dikuasai perusahaan tanpa harus mengurangi daya beli kapital yang mula – mula.

KONSEP LABA DALAM TATARAN PRAGMATIK
Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Kalau memang digunakan, untuk kepentingan apa informasi laba digunakan sehingga angka laba benar – benar harus disediakan.

PREDIKTOR ALIRAN KAS KE INVESTOR
Aliran kas di mata investor (pemegang saham) dapat ditentukan atas dasar harapan harga saham di masa datang. Bila perusahaan memeperoleh laba yang memadai, dengan sendirinya nilai buku aset bersih juga naik sehingga nilai buku persaham juga naik. Dengan demikian, secara teoritis laba (berupa laba per saham atau earning per share) akan berasosiasi dengan kenaikan harga saham. Secara teoritis, harga saham masa datang dapat menjadi proksi (estimator) aliran kas masa datang. Kalau investor mampu memprediksi laba masa datang, maka investor akan mampu memprediksi aliran kas dari investasinya. Argumen semacam ini menjelaskan timbulnya berbagai teknik pemrakiraan laba (earning forecasting) yang digunakan para analis sekuritas. Teknik – teknik tersebut pada umumnya menggunakan laba (laba per saham) sebagai data masukan.

LABA DAN HARGA SAHAM
Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor yang dibahas di atas sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk menentukan apa yang disebut nilai intrinsik (intrinsic value) sekuritas atau saham. Nilai intrinsik ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham yang terjadi di pasar modal pada saat tertentu. Investor atau analisis akan membandingkan nilai intrinsik saham dan harga pasar sekarang (current market price) untuk menengarai apakah terjadi salah-harga (misprice).

PERKONTRAKAN EFISIEN
Teori perkontrakan efisien (efficient contructing theory) merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan (agency theory). Teori ini di dasarkan atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal (principal) dan agen (agent) yang di dalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen mendapatkan imbalan tertentu. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk kontrak. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
           
Teori Pasar Efisien
Seksi ini membahas apakah para pemakai statemen keuangan menggunakan laba khususnya untuk pengambilan keputusan dan apakah laba mempengaruhi perilaku (khususnya investor). Menanyakan langsung kepada pemakai apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi merupakan salah satu cara untuk mengetahui kebermanfaatan laba. Kelemahan cara ini adalah pemakai tidak selalu dapat menjelaskan proses atau model pengambilan keputusan sehingga jawabannya lebih banyak bersifat intuitif. Kelemahan lain adalah bahwa pertanyaan diajukan kepada pemakai secara individual kemudian hasilnya diagregasi sehingga dinamika pemakai secara kelompok tidak tertangkap. Jadi, karena pemakai individual mempunyai perspektif dan kepentingan berbeda-beda, cara ini kurang terandalkan sebagai bukti tentang kebermanfaatan laba.
Cara lain adalah menerapkan konsep yang dikemukakan Lev (1989) bahwa kalau para pemakai secara bersama bertindak seakan-akan menggunakan informasi tertentu, maka informasi tersebut dianggap bermanfaat. Pasar modal dapat merepresentasi para pemakai informasi secara bersama.
Variabel penting pasar modal adalah harga saham (stock price), volume perdagangan saham, return atau kembalian saham, dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Pelaku pasar modal biasanya selalu mengikuti harga saham dan mencari informasi tentang perusahaan untuk menentukan harga saham. Hubungan antara informasi dan harga saham dibahas dalam konteks yang disebut efisiensi pasar (market efficiency) atau hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis).
Pasar dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau signal tertentu hanya jika harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar menangkap signal tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya (tercermin dalam kutipan harga saham atau quoted price sebelum signal) kemudian mengambil strategi investasi (jual, beli, atau tahan) sehingga terjadi ekuilibrium baru.
Dalam pasar efisien, pelaku pasar dengan strategi apapun tidak akan dapat memperoleh keuntungan lebih (return abnormal) dalam jangka panjang. Dengan kata lain, tidak seorang pun dapat mengalahkan atau mengecoh pasar bila pasar tersebut efisien.

Bentuk Efisiensi Pasar
1.    Bentuk Lemah. Pasar adalah efisien dalam bentuk lemah jika harga sekuritas marefleksi secara penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara public). Dalam bentuk ini, dianggap pelaku pasar hanyalah menggunakan data pasar modal historis untuk menilai investasinya sehingga data tersebut tidak bermanfaat lagi untuk memprediksi perubahan harga masa datang.
2.    Bentuk Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk smi-kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara public termasuk data statemen keuangan. Karena semua pelaku pasar memperoleh akses yang sama terhadap informasi public, strategi investasi yang mengandalkan data statemen keuangan publikasian tidak akan mampu menghasilkan return abnormal secara terus –menerus.
3.    Bentuk Kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi atau off-the records. Dengan efisiensi semacam ini, pelaku pasar yang mempunyai akses terhadap informasi dalam sekalipun tidak akan memperoleh return yang berlebih dalam jangka panjang.

Laba Sebagai Signal
Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan merupakan salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan manajemen, rencana manajemen, pengembangan produk, strategi yang dirahasiakan, dan sebagainya yang tidak tersedia secara public akhirnya akan terefleksi dalam angka laba (laba per saham) yang dipublikasi via statemen keuangan.

Pengujian Kandungan Informasi Laba
Apakah laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap pengumuman laba (earnings announcement) sebagai suatu peristiwa (event). Bila angka laba mengandung informasi, diteorikan bahwa pasar akan berreaksi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua informasi yang tersedia secara public. Berbagai model prakiraan laba merupakan cara untuk menentukan laba harapan (expected earnings). Selisih antara laba harapan dan laba laporan atau aktual (reported atau actual earnings) disebut laba kejutan (unexpected earnings). Laba kejutan merepresentasi informasi yang belum tertengkap oleh pasar sehingga pasar akan berreaksi pada saat pengumuman. Laba dalam analisis seperti ini biasanya adalah laba per saham (earnings per share) untuk perusahaan tertentu.
Berikut ini dibahas komponen-komponen penentuan reaksi pasar serta pengukurannya.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya dalam suatu perioda yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung capital (capital gain) yaitu kenaikan nilai investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne, 1998, hlm.26):
Return = R=
bila tidak ada dividend an harga (price) dinotasi dengan P, maka return perusahaan j pada perioda t dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rj.t =
Pt1 – Pt0
Pt0
Rj.t  merupakan return aktual. Untuk mengetahui adanya return abnormal, harus ditentukan suatu pembanding yang dianggap sebagai return normal atau return harapan (expected returns).
Terdapat berbagai macam model estimasi untuk menentukan return normal baik yang menggunakan hanya data perusahaan maupun yang menggunakan data pasar.
·      Bila digunakan hanya data perusahaan, return normal yang digunakan adalah rata-rata return perusahaan masa lalu (Ř). Model ini disebut return sesuaian-mean (mean-adjusted returns). Dapat juga digunakan return pasar (Rm) sebagai pembanding.
RAjt = RjtŘj
·      Model yang terakhir disebut dengan return sesuaian-pasar (market-adjusted returns).
RAjt = Rjt  – Rmt
Reaksi pasar kemudian diukur dengan apa yang disebut return abnormal kumulatif/RAK (cumulative abnormal return/CAR). RAK untuk jendela peristiwa antara t1 dan t2 dapat dinyatakan sebagai berikut:
RAKj(t1,t2)  =
Untuk menguji kandungan informasi laba, dua pendekatan dapat dilakukan yaitu pendekatan asosiasi dan pendekatan peristiwa.

Pengujian Asosiasi
Penelitian yang mendasarkan pada pendekatan asosiasi sering disebut studi asosiasi (association studies). Studi asosiasi sering disebut pula studi koefisien response laba (earnings response coefficient atau ERC). Koefisien respon laba adalah kepekaan return saham terhadap setiap jumlah rupiah laba atau laba kejutan. Bila semua variabel dapat ditentukan untuk sampel perusahaan, model-model pengujian berikut dapat digunakan:
Ri.t = β0 + β1Li.t + εi.t (i= 1,2,3, …, n)     atau     RAi.t = β0 + β1Li.t + εi.t (i= 1,2,3, …, n)  atau RAi.(t1.t2) = β0 + β1LKi.t + εi.t (i= 1,2,3, …, n)
Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi atau korelasi antara laba dan return tidak begitu kuat atau tidak sempurna. Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan hal ini. Pertama, angka laba hanya merupakan sebagian kecil faktor yang mempengaruhi harga saham. Kedua, fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan perubahan ekonomik perusahaan tetapi semata-mata merupakan perubahan metoda akuntansi. Ketiga, laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh manajemen dan inkonsistensi internal akuntansi sehingga angka laba mengandung gangguan. Keempat, investor tidak selalu seragam dalam mengiterprestasi informasi yang tersedia di pasar. Terakhir, pasar sering berperilaku yang tak terprediksi (idiosinkratik).

Pengujian Peristiwa
Angka laba tidak lagi digunakan dalam pengujian ini karena yang menjadi focus adalah peristiwa pengumuman laba. Reaksi pasar diukur sebagai return abnormal mean/RAM ata return abnormal kumulatif mean/RAKM untuk seluruh atau sampel perusahaan di pasar modal. RAM dan RAKM ditentukan sebagai berikut:
RAMt =
RAKM(t1.t2) =
Reaksi pasar dianggap ada bilamana RAM atau RAKM secara statistis tidak sama dengan nol. Bila RAM dan RAKM secara statistis positif berarti terjadi reaksi positif trehadap laba sehingga laba dianggap membawa berita baik demikian pula sebaliknya.
Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba mempunyai efek pragmatic terhadap perilaku pasar modal. Reaksi pasar paling tidak menunjukkan bahwa secara empiris perilaku pasar modal seolah-olah telah menggunakan laba sehingga dapat dikatakan bahwa laba bermanfaat bagi investor.

Laba dan Teori Entitas
Telah diuraikan dalam pembahasan makna laba bahwa laba adalah kenaikan kemakmuran suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa mempengaruhi capital semula. Dari aspek pengukuran dan prosedur akuntansi, laba adalah selisih pendapatan dan biaya. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk menikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori entitas (kesatuan) sering disebut pula denga teori ekuitas.
Konsep dasar kesatuan usaha dengan segala implikasinya yang dibahas di bab sebelumnya sebenarnya hanya merupakan salah astu konsep dasar yang dapat dipilih dalam perekayasaan akuntansi. Konsep kesatuan (entitas) mempunyai implikasi terhadap pengertian pendapatan, biaya, dan laba. Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntasni adalah:
1.      Entitas usaha bersama (enterprise theory)
2.      Entitas usaha atau bisnis (business entity theory)
3.      Entitas investor (investor theory)
4.      Entitas pemilik (proprietary/stockholder theory)
5.      Entitas pemilik residual (residual proprietary/stockholder theory)
6.      Entitas pengendali (commander theory)
7.      Entitas dana (fund theory)
Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu manajer, karyawan, investor, kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang terlibat. Mereka merupakan pihak yang akhirnya menerima manfaat dari nilai-tambahan yang timbul akibat kegiatan ekonomik. Teori kesatuan juga mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen lab-rugi (income statement).

Entitas Usaha Bersama
Dengan sudut pandang ini, kesatuan yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan usaha bersama yang melibatkan berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomik. Semua partisipan menanggung segala aspek kegiatan bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang (stakeholders) yang terdiri atas manajer, karyawan, pemegang saham, kreditor, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Perusahaan berfungsi sebagai alat, pengikat, pancang, atau pusat kegiatan.
Sudut pandang ini menjadi relevan manakala perusahaan menjadi sangat besar (large corporation). Pandangan ini dilandasi oleh gagasan bahwa perusahaan yang besar berfungsi sebagai institusi sosial yang mempunyai pengaruh ekonomik yang luas dan kompleks sehingga darinya dituntut pertanggung jawaban sosial.
            Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomik terhadap masyarakat luas. Semua partisipan merupakan kontributor dalam menciptakan nilai-tambahan (value-added atau added value) akibat kegiatan usaha bersama tersebut. Nilai- tambahan merupakan ukuran kinerja ekonomik usaha bersama sehingga para pemegang pancang berhak untuk mendapatkan bagian dari nilai-tambahan tersebut.
Dengan sudut pandang ini, laba didefinisi sebagai seluruh jumlah rupiah nilai-tambahan (kenaikan kemakmuran) yang di hasilkan oleh kegiatan para pertisipan secara bersama-sama dikurangi dengan kos material dan mesin/peralatan (bahan baku, overhead nontenaga kerja dan depresiasi).
Karena pemegang saham sama kedudukannya dengan kreditor, utang atau kewajiban merupakan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Sementara itu, apa yang biasa diperlakukan sebagai klaim dari pemegang saham dipandang sebagai keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham sehingga bunga dan deviden keduanya merupakan biaya.

Entitas Investor
Investor disini adalah investor dalam arti luas yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham baik yang preferen maupun yang biasa. Jadi, investor adalah penyedia dana utama perusahaan. Dengan teori ini, pusat perhatian akuntansi adalah penyedia dana utama kelompok tersebut dan keduanya dipandang sebagai mitra manajemen bukan sebagai pihak luar sebagaimana dalam sudut pandang kesatuan usaha.
Dengan sudut pandang ini, laba kemudian didefinisi sebagai jumlah rupiah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba.


Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang.
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukan sebagai distribusi laba.
Teori ini popular dan berpaut dengan perusahaan perorangan yang pemiliknya merangkap sebagai manajer. Untuk perusahaan besar yang berbentuk perseroan, sudut pandang ini sebenarnya tidak tepat karena manajemen dan pemegang saham merupakan pihak yang terpisah tidak hanya secara konseptual tetapi secara fisis dan operasi.

Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi. Pendekatan ini sebenarnya tidak berbeda dengan sudut pandang pemilik yang sudah dijelaskan diatas. Hanya dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga deviden untuk mereka dipandang sebagai biaya.

Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan denga penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitik beratkan pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan seperti konsep kesulitan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia dan karena siapa yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan harus diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiannya pad para pengendali tersebut.

Entitas Dana
Dana mempunyai dua pengertian yang saling dirancukan. Dana dapatdiartikan sebagai kas, aset likuid, atau sumber keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
Konsep ini berpaut dengan organisasi non-profit khusunya organisasi kepemerintahan. Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas bergantung apakah unit tersebut mengelola aset yang dipisahkan dari APBN atau APBD. Dalam akuntansi pemerintahan ada 2 kelompok kesatuan dana yaitu dana non belanja/ usaha dan dana belanja.



Penyajian Laba
Walaupun teorientitas yang dibahas di atas berkaitan dengan masalah penyajian, masalah lebih difokuskan pada masalah konseptual tentang apa yang disebut laba. Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos–pos transaksi operasi dan pos–pos transaksi dengan pemilik. Pos operasi dalam arti luas pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba-rugi sedangkan pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statement laba ditahan atau statement perubahan ekuitas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Ikhlas