Tim Penyusun :
Diah Putri Utami 01114004
Martina Kurnia Ningsih 01114060
Elfira Nurul Badriyah 01114082
Ade Riani 01114087
Daniar Firdauzy 01114144
TEORI AKUNTANSI
“LABA (INCOME)”
Laba
dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB
disebut dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan
aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Akuntansi secara
umum menganut konsep kos historis, asas akrual, dan konsep penandingan, laba
akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan
biaya.
TUJUAN PELAPORAN LABA
Laba
akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antar lain
sebagai :
a. Indikator
efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam
tingkat kembalian atas investasi (rate of
return on invested capital).
b. Pengukur
prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar
penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat
pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu Negara.
e. Dasar
penentuan dan penilaian kelayakan tariff dalam perusahaan publik.
f. Alat
pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar
kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat
motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i.
Dasar pembagian dividen.
KONSEP LABA
KONVENSIONAL
Konsep Laba dalam
Tataran Semantik
Konsep
laba dalam tataran semantic berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada symbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat (useful) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi.
Pengukur Kinerja
kinerja
perusahaan merupakan manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat
pula diinterpretasi sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen
dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Konfirmasi Harapan
Investor
Asumsinya
adalah para investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia secara
publik sebagai basis keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila
diasumsi bahwa pasar cukup efisien, laba yang diprediksi investor harus
mendekati atau sama dengan laba yang dilaporkan. Bila hal ini terjadi, laba
merupakan sarana untuk mengkonfirmasi harapan investor dan investor diharapkan
tidak bereaksi terhadap pengumuman laba.
Estimator Laba Ekonomik
Perekayasaan
akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba ekonomik atau
paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik. Artinya
perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksipula perubahan ekonomik
perusahaan.
Laba
akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha
karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan.
Laba
ekonomik adalah laba dari kaca mata investor karena keperluan untuk menilai
investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subjektif bergantung pada
karakteristik investor.
Perbedaan
Laba akuntansi dengan Laba ekonomik
No.
|
Laba Akuntansi
|
Laba Ekonomik
|
1.
|
Dihitung atas dasar depresiasi
akuntansi (alokasi)
|
Dihitung atas dasar depresiasi
ekonomik (penurunan nilai)
|
2.
|
Berkepentingan dengan laba uang
|
Berkepentingan dengan laba real
|
3.
|
Dilandasi oleh konsep kontinuitas
usaha yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis
menjadi basis pengukurannya.
|
Dilandasi oleh konsep likuidasi yang
melihat aset sebagai simpanan atau sediaan nilai (store of value) setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi
basis pengukurannya.
|
Makna Laba
Pemaknaan
laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator
laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi (konsep atau
makna) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi
Dari
sudut pandang pemegang saham residual, Laba didefinisi sebagai perubahan/
kenaikan ekuitas atau aset bersih atau kemakmuran bersih pemilik (pemegang
saham) dalam suatu perioda yang berasal dari transaksi operasi dan bukan
transaksi modal (setoran dari dan distribusi ke pemilik).
Dari
berbagai pengerian laba, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual mempunyai karaktristik umum
sebagai berikut :
1. Kenaikan
kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas. Entitas dapat berupa
perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga atau
perusahaan.
2. Perubahan
terjai dalam suatu kurun waktu (periode) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
3. Perubahan
dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih,
aset, modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumberdaya ekonomik,, uang,
atau apapun yang bernilai uang atau yang dapt dinilai dengan uang. Kemakmuran
tersebut secara umum disebut dengan kapital
(capital). Kapital disini berbeda dengan modal karena modal memiliki
pengertian khusus dalm akuntansi yaitu ekuitas pemegang saham.
Laba dan Kapital
Kapital
dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu,
laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi laba adalah aliran
potensial daya yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap
mempertahankan tingkat potensial jasa mula-mula.
Konsep Pemertahanan
Kapital
Konsep
ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau investor) berhak
mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital
(investasi) dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Harapan
umum dalam kegiatan bisnis adalah kapital atau investasi yang tertanam selalu
berkembang. Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa
hal yang saling berkaitan sebagai berikut :
a. Membedakan
antara kembalian atas investasi (retur on
investment) dan pengembalian investasi (return
of investment).
b. Memisahkan
dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan transaksi
pendanaan dari pemilik (owner
transactions).
c. Menjamin
agar laba yang dapat didistribusi tidak mengandung pengembalian investasi.
Artinya, kalau laba suatu periode dikonsumsi/didistribusi seluruhnya, jumlah
tersebut harus benar-benar merefleksi jumlah yang memenuhi definisi laba
sehingga entitas mempunyai kemampuan ekonomik yang sama dengan kemampuan mula-mula.
d. Memungkinkan
penentuan jumlah penesuaian kapital untuk mempertahankan kemampuan ekonomik
awal periode akibat perubahan harga dan daya beli sehingga laba ekonomik akan
terukur pula.
e. Memungkinkan
penggunaan berbagai dasar penilaian untuk tingkat kapital pada saat tertentu
(awal dan akhir).
f. Memungkinkan
penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan laba sehingga
angka laba akuntansia akan mendekati angka laba ekonomik.
Atas dasar berbagai uraian diatas, laba
kemudian dapat didefinisikan secara umum, formal, dan sematik sebagai berikut :
Laba
adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam
suatu periode yang berasal dari kegiatan
produktif dalam arti luas dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik
kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mual (awal periode).
Konsep Laba dalam
Tataran Sintaktik
Salah
satu bentuk penjabaan makna secara sintaktik adalah mendefinisikan laba sebagai
selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Terdapat dua
kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu, pendekatan transaksi (transctions approach) dan pendekatan
kegiatan (activities approach).
1. pendekatan
transaksi (transctions approach)
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada
saat terjadinya transaksi (terutama transaksi eksternal) yang kemudian
terakumulasi sampai akhir perode.
2. pendekatan
kegiatan (activities approach)
Dengan pendekatan ini laba dianggap timbul bersamaan
dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu
transaksi pada saat tertentu. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan sendirinya
laba) dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya
kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan
pengumpulan kas).
Pengukuran
atau Penilaian Kapital
Pembahasan dalam seksi
ini masih merupakan bagian dari pembahasan laba pada tataran sintaktik.
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik burubah dan harus
dipertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain
yang menentukan cara menilai kapital
adalah jenis kapital (fisis atau financial) dan dasar penilaian.
1. Jenis
kapital
Jenis kapital berkaitan dengan karaktristik dan
wujud kapital dari kaca mata yang menguasai serta apa yang harus dipertahankan
untuk menentukan laba. Dalam hal ini terdapat dua jenis kapital yaitu kapital
finansial dan fisis.
a. Kapital
Finansial
Kapital finansial adalah klaim dipandang dari jumlah
rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikkan wujud klaim
tersebut. pada umumnya, kapital finansial kapital dikuasai oleh pemegang saham
atau pemegang obligasi.
Kapital finansial dari sudut pandang badan usaha
adalah jumlah rupiah yang melekat pada aset total badan usaha tanpa memandang
jenis atau komponen aset. Laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbl
bilamana jumlah rupiah aset pada akhir periode melebihi jumlah rupiah aset pada
awal periode (tertentu saja setelah pengaruh transaksi ekuitas dan utang
dikeluarkan). Dalam analisis statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian
atas kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkata kembalian atas aset
total atau rate of return on asset (ROA)
yang dirumuskan sebagai berikut :
ROA =
b. Kapital
Fisis
Kapital fisis merupakan sumber ekonomik yang
dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi
fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
2. Skala
Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat
dilekatkan pada suatu objek sehingga objek tersebut dapat dibedakan
besar-kecilnya (magnitudanya) dari objek yang lain atas dasar unit pengukuran
tersebut. Dalam teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu
kategoris (nominal), ordinal, interval, dan rasio. Pengukuran dalam akuntansi
bersifat rasio karena angka nol menunjukkan ketiadaan atau kekosongan nilai (devoid of value).
a. Skala
Nominal
Skala nominal atau lebih tepatnya skala rupiah
nominal adalah suatu rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan
perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kodisi ekonomik.
Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda dianggap homogenus
atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan atau
dikurangkan.karena niali rupiah dianggap konstan sepanjang masa, akuntansi atas dasar
pengukuran ini sering disebut “constant
dollar acconting”. Pengukuran dengan skala rupiah nominal lebih
menitikberatkan pada jumlah unit rupiah dari pada jumlah nit daya beli.
Karena
dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena inflasi, pengukuran atas
dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan. Bila dua jumlah rupiah pada
waktu yang berbeda ditambahkan (misalnya Rp 10.000 ditahun 2000 ditambah Rp
10.000 ditahun 2004), hasil penjumlahan (20.000) sebenarnya tidak bermakna lagi
karena dua skala yang berbeda telah ditambahkan. Penambahan semacam ini sering
disebut adding oranges and apples. Lima
jeruk ditambah lima apel tidak sama dengan sepuluh jeruk dan apel.
b. Skala
Daya Beli
Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah
daya beli atau skal daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan
skala rupiah nominal. Dengan skala ini, rupiah nominal dinyatakan kembali atau
dihomogenuskan dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu.
Karena unit pengukuran dinyatakan dalam rupiah daya beli yang sama, penambahan
hasil pengukuran akan memberi hasil yang bermakna.
Dasar atau Atribut
Pengukuran
Dua
dasar penilaian penting yang berpaut dengan penentuan laba yaitu kos historis (historical cost) dan kos sekarang (current cost) yang keduanya merupakan
nilai masukan (input value).
Kos Historis
Kos
historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam sistem pembukuan. Kos historis dipilih biasanya karena kos
tersebut objektif dan dapat diuji kebenarannya (verifiable).
Kos Sekarang
Kos
sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang (current input cost) menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau
kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang
sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara (ekuivalennya). Harga
pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan
usaha (input market) sehingga harga
pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai aset yang bersangkutan.
Pengukuran Laba dengan
Mempertahankan Kapital
Adanya
tiga faktor penentu nilai kapital (jenis, skala, dan dasar penilaian) yang
saling berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian
kapital. Tiap pendekatan sebenarnya merefleksi kombinasi antara ketiga faktor
yang dipertimbangkan. Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya
terhadap penentuan laba antara lain adalah:
1. Kapitalisasi
aliran kas harapan (capitalization of
expected cash flows)
Kapital disini adalah kapital finansial berupa nilai
investasi yang tertanam di perusahaan yang menjadi klaim pemegang saham.
2. Penilaian
pasar atas aset bersih perusahaan (market
valuation of the firm)
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital
finansial. Penilaian ini merupakan alternatif kapitalisasi aliran kas. Kapital
diukur atas dasar berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan perusahaan dikurangi
seluruh kewajiban. Penilaian ini dimasudkan untuk menghilangkan subjektivitas
penyaji laporan.
3. Setara
kas sekarang (current cash equivalent)
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital
fisis. Dasar pengukuran adalah gunggungan (sum)
semua jumlah rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai
semua utang. Jumlah rupiah setara tunai ini di dasarkan atas harga pasar
penjualan pos aset secara individual yang dimiliki / dikuasai perusahaan.
4. Harga
masukan historis (historical input prices)
Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan
penilaian dengan nilai masukan. Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi
oleh gagasan bahwa kapital dapat dikatakan telah dipertahankan apabila aset
pada akhir periode (dinilai dengan harga masukan) sama dengan aset pada awal periode
(juga dinilai dengan harga masukan).
5. Harga
masukan sekarang (current input prices)
Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga
masukan historis kecuali bahwa dalam pendekatan ini menilai komponen – komponen
kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat
itu.
6. Pemertahanan
daya beli konstan (maintenance of
constant purchasing power)
Pengukuran dengan unit daya beli konstan ini
basisnya adalah kos historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya
beli konstan pada indeks dasar tertentu (dapat indeks awal tahun, rata – rata,
atau akhir tahun). Laba yang diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir
akan menggambarkan tambahan daya beli kapital yang dimiliki / dikuasai
perusahaan tanpa harus mengurangi daya beli kapital yang mula – mula.
KONSEP LABA DALAM
TATARAN PRAGMATIK
Tataran
pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah pesan
sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Bila
dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat
atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Kalau memang digunakan, untuk
kepentingan apa informasi laba digunakan sehingga angka laba benar – benar
harus disediakan.
PREDIKTOR ALIRAN KAS KE
INVESTOR
Aliran
kas di mata investor (pemegang saham) dapat ditentukan atas dasar harapan harga
saham di masa datang. Bila perusahaan memeperoleh laba yang memadai, dengan
sendirinya nilai buku aset bersih juga naik sehingga nilai buku persaham juga
naik. Dengan demikian, secara teoritis laba (berupa laba per saham atau earning per share) akan berasosiasi
dengan kenaikan harga saham. Secara teoritis, harga saham masa datang dapat
menjadi proksi (estimator) aliran kas masa datang. Kalau investor mampu
memprediksi laba masa datang, maka investor akan mampu memprediksi aliran kas
dari investasinya. Argumen semacam ini menjelaskan timbulnya berbagai teknik
pemrakiraan laba (earning forecasting)
yang digunakan para analis sekuritas. Teknik – teknik tersebut pada umumnya
menggunakan laba (laba per saham) sebagai data masukan.
LABA DAN HARGA SAHAM
Kebermanfaatan
laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Bahwa laba
merupakan prediktor aliran kas ke investor yang dibahas di atas sebenarnya
menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke
investor digunakan untuk menentukan apa yang disebut nilai intrinsik (intrinsic value) sekuritas atau saham.
Nilai intrinsik ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham yang
terjadi di pasar modal pada saat tertentu. Investor atau analisis akan
membandingkan nilai intrinsik saham dan harga pasar sekarang (current market price) untuk menengarai
apakah terjadi salah-harga (misprice).
PERKONTRAKAN EFISIEN
Teori
perkontrakan efisien (efficient contructing
theory) merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan (agency theory). Teori ini di dasarkan
atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah
hubungan antara prinsipal (principal)
dan agen (agent) yang di dalamnya
agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen mendapatkan
imbalan tertentu. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk kontrak.
Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan
yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
Teori Pasar Efisien
Seksi
ini membahas apakah para pemakai statemen keuangan menggunakan laba khususnya
untuk pengambilan keputusan dan apakah laba mempengaruhi perilaku (khususnya
investor). Menanyakan langsung kepada pemakai apakah mereka menggunakan angka
laba akuntansi merupakan salah satu cara untuk mengetahui kebermanfaatan laba.
Kelemahan cara ini adalah pemakai tidak selalu dapat menjelaskan proses atau model
pengambilan keputusan sehingga jawabannya lebih banyak bersifat intuitif.
Kelemahan lain adalah bahwa pertanyaan diajukan kepada pemakai secara
individual kemudian hasilnya diagregasi sehingga dinamika pemakai secara
kelompok tidak tertangkap. Jadi, karena pemakai individual mempunyai perspektif
dan kepentingan berbeda-beda, cara ini kurang terandalkan sebagai bukti tentang
kebermanfaatan laba.
Cara
lain adalah menerapkan konsep yang dikemukakan Lev (1989) bahwa kalau para
pemakai secara bersama bertindak seakan-akan menggunakan informasi tertentu,
maka informasi tersebut dianggap bermanfaat. Pasar modal dapat merepresentasi
para pemakai informasi secara bersama.
Variabel
penting pasar modal adalah harga saham (stock
price), volume perdagangan saham, return atau kembalian saham, dan indeks
harga saham gabungan (IHSG). Pelaku pasar modal biasanya selalu mengikuti harga
saham dan mencari informasi tentang perusahaan untuk menentukan harga saham.
Hubungan antara informasi dan harga saham dibahas dalam konteks yang disebut efisiensi pasar (market efficiency) atau hipotesis
pasar efisien (efficient market
hypothesis).
Pasar
dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau signal tertentu hanya jika
harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar menangkap signal
tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya (tercermin dalam kutipan
harga saham atau quoted price sebelum
signal) kemudian mengambil strategi investasi (jual, beli, atau tahan) sehingga
terjadi ekuilibrium baru.
Dalam
pasar efisien, pelaku pasar dengan strategi apapun tidak akan dapat memperoleh
keuntungan lebih (return abnormal) dalam jangka panjang. Dengan kata lain,
tidak seorang pun dapat mengalahkan atau mengecoh pasar bila pasar tersebut
efisien.
Bentuk
Efisiensi Pasar
1.
Bentuk
Lemah. Pasar adalah efisien dalam bentuk lemah jika harga
sekuritas marefleksi secara penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara
public). Dalam bentuk ini, dianggap pelaku pasar hanyalah menggunakan data pasar
modal historis untuk menilai investasinya sehingga data tersebut tidak
bermanfaat lagi untuk memprediksi perubahan harga masa datang.
2.
Bentuk
Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk
smi-kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara public termasuk data statemen
keuangan. Karena semua pelaku pasar memperoleh akses yang sama terhadap
informasi public, strategi investasi yang mengandalkan data statemen keuangan
publikasian tidak akan mampu menghasilkan return abnormal secara terus
–menerus.
3.
Bentuk
Kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga
sekuritas merefleksi secara penuh semua
informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi atau off-the records. Dengan efisiensi
semacam ini, pelaku pasar yang mempunyai akses terhadap informasi dalam
sekalipun tidak akan memperoleh return yang berlebih dalam jangka panjang.
Laba
Sebagai Signal
Laba
akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan merupakan salah satu signal dari
himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan
manajemen, rencana manajemen, pengembangan produk, strategi yang dirahasiakan,
dan sebagainya yang tidak tersedia secara public akhirnya akan terefleksi dalam
angka laba (laba per saham) yang dipublikasi via statemen keuangan.
Pengujian
Kandungan Informasi Laba
Apakah
laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap
pengumuman laba (earnings announcement)
sebagai suatu peristiwa (event). Bila
angka laba mengandung informasi, diteorikan bahwa pasar akan berreaksi terhadap
pengumuman laba. Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang
berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua informasi yang tersedia secara
public. Berbagai model prakiraan laba merupakan cara untuk menentukan laba
harapan (expected earnings). Selisih
antara laba harapan dan laba laporan atau aktual (reported atau actual earnings)
disebut laba kejutan (unexpected earnings).
Laba kejutan merepresentasi informasi yang belum tertengkap oleh pasar sehingga
pasar akan berreaksi pada saat pengumuman. Laba dalam analisis seperti ini
biasanya adalah laba per saham (earnings
per share) untuk perusahaan tertentu.
Berikut
ini dibahas komponen-komponen penentuan reaksi pasar serta pengukurannya.
Return
atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya dalam suatu
perioda yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung capital (capital gain) yaitu kenaikan nilai
investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu,
return saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne,
1998, hlm.26):
Return
= R=
bila
tidak ada dividend an harga (price)
dinotasi dengan P, maka return perusahaan j
pada perioda t dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Rj.t =
|
Pt1 – Pt0
|
Pt0
|
Rj.t merupakan return
aktual. Untuk mengetahui adanya return abnormal, harus ditentukan suatu
pembanding yang dianggap sebagai return normal atau return harapan (expected returns).
Terdapat
berbagai macam model estimasi untuk menentukan return normal baik yang
menggunakan hanya data perusahaan maupun yang menggunakan data pasar.
· Bila
digunakan hanya data perusahaan, return normal yang digunakan adalah rata-rata
return perusahaan masa lalu (Ř).
Model ini disebut return sesuaian-mean
(mean-adjusted returns). Dapat juga
digunakan return pasar (Rm) sebagai
pembanding.
RAjt
= Rjt – Řj
· Model
yang terakhir disebut dengan return
sesuaian-pasar (market-adjusted
returns).
RAjt
= Rjt – Rmt
Reaksi
pasar kemudian diukur dengan apa yang disebut return abnormal kumulatif/RAK (cumulative
abnormal return/CAR). RAK untuk jendela peristiwa antara t1 dan t2 dapat dinyatakan sebagai berikut:
RAKj(t1,t2) =
Untuk
menguji kandungan informasi laba, dua pendekatan dapat dilakukan yaitu
pendekatan asosiasi dan pendekatan peristiwa.
Pengujian
Asosiasi
Penelitian
yang mendasarkan pada pendekatan asosiasi sering disebut studi asosiasi (association studies). Studi asosiasi
sering disebut pula studi koefisien response laba (earnings response coefficient atau ERC). Koefisien respon laba adalah kepekaan return saham terhadap
setiap jumlah rupiah laba atau laba kejutan. Bila semua variabel dapat
ditentukan untuk sampel perusahaan, model-model pengujian berikut dapat
digunakan:
Ri.t
=
β0 + β1Li.t
+ εi.t (i= 1,2,3, …, n)
atau RAi.t = β0
+ β1Li.t + εi.t (i=
1,2,3, …, n) atau RAi.(t1.t2) = β0
+ β1LKi.t + εi.t (i=
1,2,3, …, n)
Studi
empiris menunjukkan bahwa asosiasi atau korelasi antara laba dan return tidak
begitu kuat atau tidak sempurna. Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan
hal ini. Pertama, angka laba hanya merupakan sebagian kecil faktor yang
mempengaruhi harga saham. Kedua, fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan
perubahan ekonomik perusahaan tetapi semata-mata merupakan perubahan metoda
akuntansi. Ketiga, laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh manajemen dan
inkonsistensi internal akuntansi sehingga angka laba mengandung gangguan.
Keempat, investor tidak selalu seragam dalam mengiterprestasi informasi yang
tersedia di pasar. Terakhir, pasar sering berperilaku yang tak terprediksi
(idiosinkratik).
Pengujian
Peristiwa
Angka
laba tidak lagi digunakan dalam pengujian ini karena yang menjadi focus adalah
peristiwa pengumuman laba. Reaksi pasar diukur sebagai return abnormal mean/RAM
ata return abnormal kumulatif mean/RAKM untuk seluruh atau sampel perusahaan di
pasar modal. RAM dan RAKM ditentukan sebagai berikut:
RAMt =
|
RAKM(t1.t2) =
|
Reaksi
pasar dianggap ada bilamana RAM atau RAKM secara statistis tidak sama dengan
nol. Bila RAM dan RAKM secara statistis positif berarti terjadi reaksi positif
trehadap laba sehingga laba dianggap membawa berita baik demikian pula
sebaliknya.
Dari
berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba mempunyai efek pragmatic
terhadap perilaku pasar modal. Reaksi pasar paling tidak menunjukkan bahwa
secara empiris perilaku pasar modal seolah-olah telah menggunakan laba sehingga
dapat dikatakan bahwa laba bermanfaat bagi investor.
Laba dan Teori Entitas
Telah
diuraikan dalam pembahasan makna laba bahwa laba adalah kenaikan kemakmuran
suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa mempengaruhi capital semula. Dari
aspek pengukuran dan prosedur akuntansi, laba adalah selisih pendapatan dan
biaya. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling
berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak
untuk menikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba,
teori entitas (kesatuan) sering disebut pula denga teori ekuitas.
Konsep
dasar kesatuan usaha dengan segala implikasinya yang dibahas di bab sebelumnya
sebenarnya hanya merupakan salah astu konsep dasar yang dapat dipilih dalam
perekayasaan akuntansi. Konsep kesatuan (entitas) mempunyai implikasi terhadap
pengertian pendapatan, biaya, dan laba. Teori entitas atau ekuitas yang banyak
dibahas dalam literatur teori akuntasni adalah:
1. Entitas
usaha bersama (enterprise theory)
2.
Entitas usaha atau bisnis (business entity theory)
3.
Entitas investor (investor theory)
4.
Entitas pemilik (proprietary/stockholder theory)
5.
Entitas pemilik residual (residual proprietary/stockholder theory)
6.
Entitas pengendali (commander theory)
7. Entitas
dana (fund theory)
Teori
entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu
manajer, karyawan, investor, kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang
terlibat. Mereka merupakan pihak yang akhirnya menerima manfaat dari
nilai-tambahan yang timbul akibat kegiatan ekonomik. Teori kesatuan juga
mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan
statemen lab-rugi (income statement).
Entitas Usaha Bersama
Dengan
sudut pandang ini, kesatuan yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah
kegiatan usaha bersama yang melibatkan berbagai pihak sebagai bagian dari
kegiatan ekonomik. Semua partisipan menanggung segala aspek kegiatan bersama
sehingga mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang (stakeholders) yang terdiri atas manajer,
karyawan, pemegang saham, kreditor, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
Perusahaan berfungsi sebagai alat, pengikat, pancang, atau pusat kegiatan.
Sudut
pandang ini menjadi relevan manakala perusahaan menjadi sangat besar (large
corporation). Pandangan ini dilandasi oleh gagasan bahwa perusahaan yang
besar berfungsi sebagai institusi sosial yang mempunyai pengaruh ekonomik yang
luas dan kompleks sehingga darinya dituntut pertanggung jawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan
harus menunjukkan kontribusi ekonomik terhadap masyarakat luas. Semua
partisipan merupakan kontributor dalam menciptakan nilai-tambahan (value-added
atau added value) akibat kegiatan usaha bersama tersebut. Nilai-
tambahan merupakan ukuran kinerja ekonomik usaha bersama sehingga para pemegang
pancang berhak untuk mendapatkan bagian dari nilai-tambahan tersebut.
Dengan
sudut pandang ini, laba didefinisi sebagai seluruh jumlah rupiah nilai-tambahan
(kenaikan kemakmuran) yang di hasilkan oleh kegiatan para pertisipan secara
bersama-sama dikurangi dengan kos material dan mesin/peralatan (bahan baku,
overhead nontenaga kerja dan depresiasi).
Karena
pemegang saham sama kedudukannya dengan kreditor, utang atau kewajiban merupakan
kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Sementara itu,
apa yang biasa diperlakukan sebagai klaim dari pemegang saham dipandang sebagai
keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham sehingga bunga dan deviden keduanya
merupakan biaya.
Entitas Investor
Investor
disini adalah investor dalam arti luas yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang
saham baik yang preferen maupun yang biasa. Jadi, investor adalah penyedia dana
utama perusahaan. Dengan teori ini, pusat perhatian akuntansi adalah penyedia dana
utama kelompok tersebut dan keduanya dipandang sebagai mitra manajemen bukan sebagai
pihak luar sebagaimana dalam sudut pandang kesatuan usaha.
Dengan
sudut pandang ini, laba kemudian didefinisi sebagai jumlah rupiah yang menjadi hak
investor. Sebagai konsekuensi, bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen
kepada pemegang saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba.
Entitas Pemilik
Teori
entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik dan menjadi
pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham
tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang saham sehingga
utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham menanggung segala
resiko yang berkaitan dengan utang.
Kreditor,
pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai pihak
luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan pihak
tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukan sebagai
distribusi laba.
Teori
ini popular dan berpaut dengan perusahaan perorangan yang pemiliknya merangkap sebagai
manajer. Untuk perusahaan besar yang berbentuk perseroan, sudut pandang ini sebenarnya
tidak tepat karena manajemen dan pemegang saham merupakan pihak yang terpisah tidak
hanya secara konseptual tetapi secara fisis dan operasi.
Entitas Pemilik
Residual
Konsep
entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi.
Pendekatan ini sebenarnya tidak berbeda dengan sudut pandang pemilik yang sudah
dijelaskan diatas. Hanya dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa.
Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga deviden untuk mereka
dipandang sebagai biaya.
Entitas Pengendali
Konsep
ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan denga
penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitik beratkan pandangannya
kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan
seperti konsep kesulitan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia
dan karena siapa yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan harus diidentifikasi
dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiannya pad para pengendali tersebut.
Entitas Dana
Dana
mempunyai dua pengertian yang saling dirancukan. Dana dapatdiartikan sebagai kas,
aset likuid, atau sumber keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan,
program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti
kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau projek
yang didanai dengan aset likuid tersebut.
Konsep
ini berpaut dengan organisasi non-profit khusunya organisasi kepemerintahan.
Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas bergantung
apakah unit tersebut mengelola aset yang dipisahkan dari APBN atau APBD. Dalam akuntansi
pemerintahan ada 2 kelompok kesatuan dana yaitu dana non belanja/ usaha dan
dana belanja.
Penyajian Laba
Walaupun
teorientitas yang dibahas di atas berkaitan dengan masalah penyajian, masalah lebih
difokuskan pada masalah konseptual tentang apa yang disebut laba. Masalah konseptual
yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos–pos transaksi
operasi dan pos–pos transaksi dengan pemilik. Pos operasi dalam arti luas pada umumnya
dilaporkan melalui statemen laba-rugi sedangkan pos yang jelas merupakan transaksi
modal dilaporkan melalui statement laba ditahan atau statement perubahan ekuitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar